"Hujan lagi", katamu..
Tak seperti orang lain, kau selalu mengucapkannya sambil tersenyum.
Iya, aku tahu.
Disaat orang lain sibuk mengutuki derasnya rinai hujan yang membuat mereka tak bisa beraktifitas, kau justru mensyukuri setiap tetes bening air.
"Hujan terlalu indah untuk dirutuki", katamu.
Jika disetiap tetes air terdapat satu berkah dari Tuhan, maka berapakah berkah yang Dia turunkan dalam sekali hujan?
Engkau, dengan senyum tulusmu begitu memuja hadirnya hujan.
Bagimu, yang memiliki kehidupan di persawahan, hujan itu sumber penghidupan.
Bagimu, yang menanam beberapa tanaman di kebun rumah, hujan itu jantung bagi manusia.
Katamu, "Hujan itu Romantis"
Setiap kali hujan turun, kau ingat aku.
Setiap kali desau angin terasa dingin dan sejuk, kau ingat aku yang seringkali merasa kedinginan saat bersamamu.
Setiap kali kau menghampiri tungku penghangat disaat hari hujan, kau ingat aku yang tak pernah sanggup bertahan jika berhadapan dengan dinginnya hujan.
Kau juga selalu mengingatku saat langit baru saja membentuk armada besar berwarna gelap di semesta angkasa. Mengingatkanmu pada tawaku yang selalu memberitahu bahwa hujan, kesukaanmu, akan segera turun.
Kau tahu?
Sebenarnya semua kebiasaanmu mengingatku itu kini sangat mengangguku.
Menyebalkan.
Kini aku selaku mengingatmu jika memandang langit.
Lihatlah keluar, desau angin yang begitu sejuk, juga gerombolan awan-awan hitam telah berkumpul padat. Menandakan bahwa sebentar lagi, hujan yang amat kau suka, akan segera turun.
Tuhan,
Ini benar-benar menyebalkan.
Aku sedang berusaha untuk tak merindukanmu.
Tapi langit seolah meledekku dan berusaha membuatku untuk meninggalkan usahaku.
Entah kenapa, semakin aku berusaha untuk lupa, semakin rindu rasanya hati ini padamu.
Lihatlah keluar, aku berdiri ditengah hujan, melupakan rasa dingin yang seolah menusuk tulangku.
Semakin banyak tetes hujan yang menyentuh kulitku, semakin banyak pula memori-memori tentang kebersamaan kita muncul ke alam pikiranku.
Membuatku semakin sadar kalau aku amat sangat merindukanmu.
Dan membuatku sadar bahwa rindu itu hanya sekedar rindu yang tak bisa kulepaskan dalam sebuah pertemuan.
Tapi,
Aku bisa apa?
Aku hanya mampu terdiam disini, menyisipkan bisik rindu dalam luapan tangis di tengah hujan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar