Bunda,
Kenapa dunia ini begitu ramai tanpa bentuk?
Bunda,
Kenapa tak ada satupun yang bisa ku lihat?
Bunda,
Kenapa kau bisa menemukan aku tanpa kesulitan?
Bunda,
Apa fungsi kedua kelopak yang ada di wajahku?
Bunda,
Apa dunia kita sama?
Kenapa aku merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda pada
duniaku?
Bunda,
Kenapa kau ragu menjawab pertanyaanku?
Ada apa, bunda?
Bunda, pagi ini aku bertemu seseorang
Sepertinya dia bukan orang dewasa
Dari suaranya aku tahu
Bunda, dia bilang, aku buta
Apa artinya, Bunda?
Apa maksudnya aku tidak bisa melihat?
Jadi, sebenarnya, ada sesuatu untuk dilihat?
Bunda, kau dimana?
Ada banyak hal yang
ingin kutanyakan padamu, Bunda
Bunda, apa warna
mataku bunda?
Kata orang, warna
matamu hitam pekat menawan, Bunda
Lalu, apa warna
mataku?
Bunda, indahkah
dunia ini?
Bunda, bagaimana
bentuk binatang yang setiap pagi berkicau merdu di dahan pohon itu?
Apa dia besar?
Lalu bagaimana
dengan bentuk kendaraan panjang diatas jalur besi yang biasa kita naiki saat
bertamasya?
Apa sebutannya,
Bunda?
Indahkah hal yang disebut-sebut sebagai kendaraan
itu?
Bunda, apa begitu
juga dengan Tuhan?
Atau hanya aku-kah
yang tak bisa melihat-Nya?
Bunda, baikkah
Tuhan itu?
Jika ‘iya’, kenapa
Ia membiarkan duniaku gelap tanpa warna, Bunda?
Kenapa Ia
membiarkan aku sendiri tanpa kawan, Bunda?
Jadi,
Tuhan menciptakan
aku tanpa dunia yang berwarna, sebab Ia mencintaiku
Tuhan tak mau aku
terkotori dengan pandangan yang merusak mata
Tuhan tak ingin aku
menumpuk dosa dengan menatap sesuatu yang tak seharusnya kutatap
Tuhan ingin menjadikan
aku sebagai teguran bagi mereka yang dapat melihat
Agar mereka selalu
bersyukur dan terus memandang kebawah sebagai pengingat
Benar begitu kan,
Bunda?
Bunda, kini aku
faham
Terimakasih atas
penjelasanmu, Bunda
Bunda, terimakasih
atas semangatmu
Terimakasih atas
senyum indah yang selalu teraba di jemariku
Bunda, terimakasih
sudah mengenalkanku pada Tuhan
Aku mengerti dunia
kita berbeda, Bunda
Tapi satu hal, aku
tahu hati kita sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar