Kamis, 22 Januari 2015

Sebuah Malam dan Sebuah Rindu

Malam lagi. Entah malam yang keberapa, yang jelas malam ini aku merindu lagi. Pada dirinya yang baru saja kutemui. Kata orang, kita bisa merindu orang yang baru sedetik lalu ditemui, ternyata benar. Aku merasakan rindu itu.
Ini kali kesekian aku memimpikan dirinya. Memimpikan ia yang hadir menemani sepiku disini. Kata orang juga, kita hanya akan memimpikan seseorang jika kita merindukannya. Atau minimal, memikirkannya. Aku tak sedang memikirkannya, kurasa. Aku merindukannya.
Aku benci mengakui ini, tapi aku sudah ribuan kali mengatakan kalau aku merindu. Tapi, aku bisa apa? Dia bukan milikku. Akupun bukan miliknya. Hanya harapan yang ada diantara kita.
Aku malu mengakui bahwa aku merindu, tapi apa daya, hati seolah berontak untuk segera menyampaikan getir rindu padanya. Aku merindukan candanya, aku rindu tawanya, aku rindu melihat wajah letihnya yang dihiasi senyuman, aku rindu menemani sepinya, aku rindu menghabiskan waktu berdua saja dengannya. Aku rindu segala yang ada pada dirinya.
Aku juga tak mau mengakui kalau aku tak mau kehilangan dirinya. Aku tak ingin jauh darinya. Rasa ini berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Aku benar-benar dibuat tak berdaya oleh rasa ini. Apa ini yang dikatakan cinta? Lalu, yang kemarin-kemarin itu apa? Bukan cinta-kah?
Aku menginginkan dirinya. Aku hampa, hilang tanpa sisa tanpa dirinya. Bayangkan jika segalanya terjadi padanya. Aku hilang dari hidupnya. Akankah dia merindukan aku? Akankah dia mencari aku? Akankah ia takut jika aku benar-benar pergi?
Katakan padaku, aku bisa apa selain berharap dan berdoa? Aku bisa apa selain berusaha memantaskan diri? Aku bisa apa selain memasrahkan hati pada Yang Maha Menguasai hati?
Satu hal yang ku harapkan saat ini, ku harap tak lagi hatiku tersakiti. Jangan lagi. Cukup. Aku terlalu lemah untuk menjaga hatiku saat ini. Aku terlanjur membiarkan hatiku memandang dia. Aku terlanjur membiarkan hatiku menyimpan rasa padanya. Tolong jaga hatiku, tolong jangan coba-coba menyakiti hati ini. Aku hanya punya satu hati, dan hanya dia yang hatiku percaya saat ini.

Dan jikapun nanti, dia bukan milikku, biarkan hati ini terdiam dengan lukanya sendiri. Jikapun nanti aku bukan miliknya, maka biarkan juga rasa ini hilang terpendam waktu. Meski kutahu, rasa ini takkan hilang semudah itu..

4 komentar: